Apa itu Sifilis?
Sifilis atau penyakit raja singa merupakan salah satu infeksi menular seksual (IMS) akibat infeksi bakteri dan menular lewat kontak seksual. Seseorang bisa mengalami raja singa tanpa memiliki tanda-tanda apapun.
Akibatnya, penyakit kelamin ini jarang segera ditangani dan biasanya mulai terdeteksi ketika organ, seperti jantung atau otak sudah mengalami kerusakan. Tidak hanya pria dan wanita, bayi pun bisa terinfeksi penyakit ini dari ibunya.
Tahukah Anda bahwa penyakit raja singa memiliki berbagai macam tahap, yakni primer, sekunder, laten, dan tersier. Setiap tahap mempunyai gejala dengan tingkat keparahan yang berbeda.
Gejala
Berikut adalah gejala yang muncul berdasarkan tahapan penyakit sifilis.
- Muncul ruam merah atau luka lepuhan pada alat kelamin, tangan, serta sekitar mulut dan juga tubuh.
- Rambut Rontok dan terjadinya kebotakan.
- Demam yang tidak biasa, dan tenggorokan terasa sakit.
- Pembengkakan kelenjar getah bening.
- Adanya luka bernanah yang mirip kutil.
- Timbul luka terbuka di selaput lendir pada kulit.
Penyebab Penyakit Raja Singa
Sifilis disebabkan oleh bakteri bernama Treponema pallidum. Penyebaran penyakit ini biasanya terjadi melalui kontak dengan luka atau lesi dari penderita selama beraktivitas secara seksual. Bakteri tersebut memasuki tubuh melalui luka kecil atau lecet pada kulit atau selaput lendir.
Penyakit ini dapat menular pada tahap primer dan sekunder, dan terkadang juga pada awal tahap laten. Pada kasus yang jarang terjadi, raja singa dapat menyebar melalui kontak langsung dengan lesi yang aktif, seperti dalam kasus berciuman.
Selain itu, penyebaran dari ibu kepada bayi selama kehamilan atau saat persalinan juga bisa saja terjadi.Namun, perlu Anda catat bahwa sifilis tidak dapat menyebar melalui penggunaan fasilitas umum seperti toilet, bak mandi, pakaian atau peralatan makan bersama.
Selain itu, juga tidak dapat menyebar melalui permukaan seperti gagang pintu, kolam renang, atau bak mandi air panas.Sekali sembuh, penyakit ini tidak akan muncul kembali atau kambuh secara spontan. Akan tetapi, risiko terinfeksi kembali tetap ada. Hal itu bisa terjadi apabila ada kontak dengan luka dari individu lain.